Sejarah Advertising Indonesia

Berikut adalah garis besar pembagian sejarah advertising Indonesia. Dimulai dengan nama Jan Pieterzoon Coen yang tidak asing di dunia periklanan di Indonesia, dialah tokoh periklanan dan menjabat sebagai gubernur jendral hindia belanda. Bahkan Jan Pieterzoon Coen menjadi penerbit dari Bataviasche Novelle, surat kabar surat kabar pertama di Indonesia yang terbit pada tahun 1744. Jan Pieterzoon Coen membuktikan bahwa hakekatnya untuk produk barunya antara berita dengan iklan tidak ada bedanya, berita pun dapat di sampaikan dengan metode dan teknik periklanan.
Sejarah Advertising Indonesia

Antara tahun 1868-1912 Batavia dan orang orang eropa telah memiliki 14 penerbitan pers, perusahaan periklanannya pun juga sudah di kelola oleh orang orang cina atau pribumi, maka dengan sendirinya bahasan- bahasan tokoh periklanan di Indonesia sangat cenderung tidak ada karena memang dulu masa hindia belanda belum ada pemisahan antara fungsifungsi penerbit, percetakan dan perusahaan periklanan. Dengan sendirinya bahasan mengenai tokoh-tokoh periklanan di Indonesia sangatlah hilang begitu saja karena di masa itu yaitu hindia-belanda memang belum ada pemisah yang jelas antara fungsi fungsi penerbit, percetakan dan perusahaan periklanan.Tiga serangkai ini juga tidak luput dari sejarah periklanan di Indonesia karena di sini diya dapat menularkan ilmu atau pengalaman yang dapat di tangkap atau di contor para masyarakat pribumi dan keturunan cina tokoh ketiga tersebut adalah F. Van Bemmel, Is. Van Mens dan Cor van Deutekom, dan ketiga orang dating di biayai oleh BPM (Bataafsche Petroleum aatschappij) dan bergabung dengan perusahaan terbesar saat ini yaitu surat kabar De Locomotief dan terbit sejak tahun 1870 di Semarang.

CA Kruseman lulusan sekolah dagang snabruck, Rotterdam tokoh ini berperan penting juga dalam periklanan diya adalah pengelola perusahaan periklanan HM van Drop yang juga memiliki percetakan surat kabar Java-Bode, CA Kruseman diya ini juga di datangkan dari belanda. Pada abad 19 bermunculan perusahaan-perusahaan yang di kelola oleh kelompok cina, karena pada tahun 1890 terjadi resesi ekonomi yang melanda dunia yang dampaknya sangat buruk bagi dunia usaha.dan peluang ini di manfaatkan oleh kelompok cina yang pelopornya adalah Yap Goan Ho, sebelumnya adalah copywriter di perusahaan De Locomotief dan nama perusahaan iklan bernama Yap Goan Ho namun sayang perusahaan iklan ini hanya bertahan tiga tahun(1888-1891).Tokoh periklanan yang berasal dari luar Jawa yaitu Kadhool ternyata juga mantan penulis naskah di perusahaan periklanan De Locomotief, Kadhool juga memiliki perusahaan iklan bernama Firma Tie Ping Goan yang di kelola dan di miliki sendiri. Ping Goan umumnya dipesan oleh surat kabar Tjaja Sumatra yang terbit dari tahun 1899-1933 di Sumatera Timur (sekarang Riau). Produk yang di tangani kebanyakan adalah hotel.

Pada tahun 1906 muncul NV Medan Prijaji di pimpin oleh Rm Tirto Adisoerjo yang beredar di Batavia, Bogor, dan Bandung. Surat kabar ini memuat berita-berita politik yang di dalamnya kebobrokan sistem kolonial dan memberi perlindungan hukum bagi rakyat pribumi tatapi karena surat kabar ini juga membutuhkan biaya untuk produksinya maka memerlukan perusahaan iklan dan Raden Goenawan yang di beri kekuasaan untuk mengolah perusahaan iklan Medan Prijaji. Tjokroamidjojo adalah tokoh yang sangat di perhitungkan karena dapat menerbitkan surat kabar yang cukup relative lama (1914-1924) dan mampu merauk keuntungan yang lumayan Tjokroamidjojo adalah memimpin organisasi yang sangat terkenal di jaman dahulu yaitu Serikat Dagang Islam, dan menerbitkan surat kabar Sinar Djawa. Pasang surut laba Sinar Djawa di akibatkan perang dunia ke I, dan mulai tahun ini bermunculan tokoh tokoh pribumi di dunia periklanan.Sedangkan M.Sastrosiitojo memiliki dan mengelola perusahaan periklanan ini dengan mengkhususkan iklan-iklan dan produknya terutama buku dan di iklannya pun khusus bahasa Jawa namun seiring perkembanganya jaman perusahaan periklanan milik M.Sastrosiitojo penghasilanya bukan hanya dari iklan tetapi M. Sastrosiitojo mendapat dukungan dari pengusaha batik di solo milik Hadji Misbach.dan ini lah salah satu perusahaan periklanan sepesialis iklan buku jawa.

Selanjutnya adalah pengolahan iklan asosiasi adalah Abdoel Moeis, ia menjadi pemimpin di sebuah perusahaan periklanan NV Neratja. Dan produk di dalamnya adalah mengiklankan perusahaan-perusahaan gula, hasil dari keuntungannya di gunakan untuk mendirikan perusahaan periklanan dan perusahaan penerbitan di sumatra timur dampak depresi ekonomi tahun 1930 kemudian juga ikut membunuh kedua perusahaan ini.

Pakar iklan pasca depresi Liem Kha Tong sekaligus menjadi pelopor bangkitnya kembali periklanan di hindia belanda pasca depresi di hindia belanda Untuk membangkitkan minat perusahaannya sendiri kemudian memasang iklan. Selanjutnya perusahaan periklanan yang sukses di Bandung adalah Joedoprajitno, ia juga pemilik dan pengelola perusahaan periklanan yang berjama Jupiter di pekalongan dan bangkrut pada tahun 1930.

Selanjutnya yang terkenal adalah Muhammad Napis adalah Ketua PBRI (Persatuan Biro Reklame Indonesia) sejak 1956 hingga 1972, dan sejak umur 27 pada tahun 1952 di umurnya yang cukup muda diya sudah mendirikan perusahaan sekaligus direktur utamanya di CV Bhinneka Advertising Services hingga tahun 1972. Dan juga mendirikan perseroan terbatas yang bernama Advertising Inter Media (AIM), dan tetap sebagai Direktur Utama hingga tahun 1978.Hingga saat ini masih memegang peranan penting di dunia periklanan antara lain Direktur Eksekutif PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), tahun 1980-1983; General Manager BPPP (Badan Penyalur dan Pemerataan Periklanan) Pusat, sejak 1981; Sekretaris Tetap Komisi Tata-Krama dan Tata-Cara Periklanan Indonesia, sejak 1981; dan Ketua Pelaksana Harian Badan pengawas TataKrama dan Tata-Cara Periklanan PPPI, sejak 1992.

Tokoh periklanan modern yakitu adalah Nuradi. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926, kalu yang satu ini hebatnya yakitu diya tidak mengenyam pendidikna formal di bidang periklanan namun Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat) namun tahun berikutnya dia melanjutkan kuliah di amerik serikat dan jadi oarng pertama yang di terima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson, London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu. Dan saat pulang keJakarta mendirikan perusahaan periklanan yaitu InterVista Advertising.Ia perintis periklanan di TV. Keberadaan TV di Indonesia pada tahun 1962 bulan agustus, InterVisa tercatat sebagai perintis masuknya iklan-iklan komersial di TVRI.

Belum ada Komentar untuk "Sejarah Advertising Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel