Mobile Advertising Landscape

Menurut Perlado dan Barwise (2005), mobile telecommunication atau telekomunikasi bergerak seperti telepon seluler merupakan bentuk komunikasi jarak jauh yang memiliki pertumbuhan cukup pesat selain internet.  Bahkan di banyak negara, adopsi konsumen terhadap telepon seluler jauh lebih cepat jika dibandingan dengan internet (Merisavo dkk, 2007).

Mobile Advertising Lanscape

Adanya ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap peralatan komunikasi seluler, sudah tentu disebabkan karena fungsinya.  Namun, kini sifat personalisasi dari telepon selulerlah yang menjadikan alat komunikasi ini selalu dibawa dan berada dekat dengan pemiliknya, kemanapun mereka pergi.  Dengan tingginya personalisasi telepon seluler, kesempatan perusahaan untuk melakukan komunikasi secara one on one kepada konsumen semakin terbuka lebar dan menjadi peluang tersendiri, khususnya bagi para praktisi pemasaran, dimana dengan bekerja sama dengan operator seluler (Telkomsel, Indosat, XL/AXIS, Tri dan SmartFren), untuk dapat memanfaatkannya sebagai media beriklan atau lebih dikenal dengan sebutan mobile advertising.

Dengan menggunakan perangkat elektronik smartphones, seseorang akan memiliki pengalaman tersendiri menggunakan teknologi tersebut.  Perubahan lingkungan media dimana ketika personal media seperti smartphones, mendorong pemiliknya untuk memiliki experience tersendiri, hal ini akan mendorong terjadinya perubahan industri periklanan melalui perubahan media consumption behavior yang terjadi saat ini (Kim, Yoon, Kim dan Lee, 2012).  Banyak kelebihan di era mobile advertising, diantaranya dapat diakses dimanapun tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu, real time interaction dan dapat diakses oleh siapapun yang menginginkannya.

Mobile advertising itu sendiri adalah

 iklan yang dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk seperti musik, suara, grafik atau tulisan melalui terminal telekomunikasi mobile (Scott dan Respini, 2001). Mobile Advertising saat ini semakin memberikan tampilan yang interaktif dan memberikan nilai tambah kepada penggunanya, dengan adanya teknologi 3G/4G.  Hal ini akan memberikan keunikan kepada mobile ads, karena dapat mengirim berbagai layanan kepada user dan target customer.  Hal ini akan meningkatkan alternatif strategi mobile ads sehingga akan lebih bisa memfasilitasi komunikasi antara pengiklan dengan konsumennya menjadi lebih aktif.

Mobile advertising terdiri dari 

beragam tipe seperti SMS, MMS, Email, Search, Banner Display, Content Sponsorship dan Video (Azman, 2008).  Sedangkan model dari mobile advertising itu sendiri terdiri dari pull advertising dan push advertising. Pull advertising adalah segala jenis konten yang dikirimkan kepada konsumen wireless atas permintaan dan tepat diterima dalam suatu waktu, sedangkan push advertising adalah segala jenis konten yang dikirimkan atas nama atau untuk keperluan advertisers dan praktisi pemasaran ke wireless mobile devices di luar permintaan konsumen (MMA, 2005).  Mobile advertising berpeluang tinggi untuk sukses, sebab mampu menjangkau massa dalam jumlah besar, mampu memilih target kelompok mana saja, mampu memonitor perilaku konsumen dan lebih fleksibel dalam hal kreatifitas, konten serta aplikasi (Azman, 2008).

Meskipun SMS (Short Message Service) telah menjadi pilihan favorit para pemasar, namun pada saat ini disadari bahwa penggunaan SMS sebagai sarana promosi masih kurang efektif.  SMS menggunakan push-based strategy, dimana pada strategi ini pesan lebih banyak didorong/disampaikan kepada konsumen tanpa izin atau interaksi dari konsumen.  Menurut penelitian J.W Lee dll (2009), pemasangan iklan dengan push type tidak efektif, sebab hasil dari penelitian menunjukkan tingkat penerimaan pengguna ponsel terhadap iklan sangat rendah, yaitu hanya sebesar 10,6 persen.  Tidak seperti SMS, iklan pada aplikasi mobile yang menggunakan layanan teknologi 3G/4G, cenderung menggunakan pull-based strategy, dimana pada strategi ini, konsumen akan berinteraksi dengan iklan tersebut dan secara sukarela akan mengakses iklan tersebut untuk mencari apa yang mereka perlukan (Yang, Kim dan Yoo, 2012).  Interaksi konsumen terhadap sebuah iklan pada mobile devices memiliki hubungan yang positif terhadap komitmen konsumen dan penyebaran informasi produk dan jasa (Kolsaker dan Drakator, 2009).

Menurut catatan Adnob, yaitu sebuah perusahaan iklan mobile yang dimiliki oleh Google, pada tahun 2008, permintaan akan mobile advertising di Indonesia menduduki urutan kedua setelah Amerika Serikat, yaitu sebesar 22,4 persen, sedangkan Amerika Serikat sendiri sebesar 39,3 persen dari 20 negara (Vaksiandra, 2010).  Masih pada tahun yang sama, menurut catatan biro Strategy Analytics, jalur mobile ads yang paling besar adalah memanfaatkan web (termasuk WAP) untuk display yang mencapai 70 persen.  Sementera SMS dan MMS hanya 10 persen.  Lewat jalur aplikasi masing-masing hanya di angka 3 persen.  Namun, pada tahun 2012, seiring dengan perkembangan teknologi ponsel dan layanannya  (termasuk toko aplikasi), dimana jalur aplikasilah yang mengalami peningkatan sangat tajam.  Diramalkan di waktu yang akan datang mengalami kenaikan dua hingga tiga kali lipat.  Sementara iklan yang memanfaatkan web mengalami penurunan sebesar delapan persen.  Dalam hal ini aplikasi mobile menjadi salah satu pemicu tingginya minat pengguna ponsel untuk beralih ke smartphone dan membuat banyak perusahaan ingin memanfaatkan mobil advertisement dengan anggapan bahwa pemasangan iklan pada aplikasi mobile yang popular akan meningkatkan peluang terlihatnya iklan oleh pengguna aplikasi (Frisca, Puspitasari, Setyadi, Sari dan Isa, 2011).

Leppaniemi dan Heikki (2005) mendefinisikan mobile advertising sebagai aktifitas pemasaran dan beriklan yang menyampaikan iklan ke mobile devices menggunakan jaringan nirkabel dan solusi mobile advertising untuk mempromosikan produk dan jasa dalam membangun brand awareness.  Mobile advertising dapat berupa teks sederhana hingga pesan iklan interaktif tingkat tinggi (Harte, 2008).  Mobile advertising sangat menjanjikan untuk menjadi media iklan terbaik yang menyampaikan arti baru tentang menjangkau pengguna dengan pesan lain daripada saluran tradisional lainnya (seperti TV, media cetak dan surat), karena mobile advertising menyediakan konsumen dengan informasi bersifat personal berdasarkan lokasi, waktu dan hari serta minat konsumen (Iddris, 2006).

Bagian utama dari sistem mobile advertising 

adalah pengiklan (advertisers), jaringan mobile advertising (mobile ads network), operator sistem bergerak (mobile system operators) dan peralatan bergerak (mobile devices), seperti dalam gambar di bawah ini (Harte, 2008):
Mobile Advertising 
Gambar di atas menggambarkan bagaimana sistem mobile advertising bekerja.  Advertisers menciptakan iklan dan kampanye pemasaran yang mendefinisikan profil demografis dari penerima pesan iklan.  Mobile advertising networks mengumpulkan iklan dan mengkampanyekan informasi dari advertisers dan mengirimkan iklan kepada sejumlah mobile system operators yang memiliki pelanggan yang sesuai dengan profil kampanye pemasaran.  Mobile operators (Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL/AXIS, Tri dan SmartFren) menerima iklan yang sejalan dengan persyaratan pemasarannya, yaitu mengidentifikasi mobile devices yang sesuai dengan profil pemasaran dan memiliki kapabilitas untuk menampilkan iklan.  Mobile devices menerima iklan dan menampilkan kepada pelanggan dalam waktu yang singkat, seperti saat pengguna memilih jasa informasi.

Keunggulan dari mobil advertising 

adalah pesan iklan dapat ditargetkan kepada tipe target pengguna spesifik, dapat dilakukan pada waktu yang spesifik dan memiliki pilihan interaktif (Harte, 2008).  Mobile advertising sangat fleksibel, dinamis dan tepat sasaran.  Target audiens dapat mencari informasi, membuat pertanyaan dan melakukan pembelian dalam berbagai lokasi.  Stock quote, kupon nirkabel, informasi hiburan dan restoran merupakan aplikasi dari mobile advertising saat ini (Iddris, 2006).

Belum ada Komentar untuk "Mobile Advertising Landscape "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel